Pemerintah Amerika Serikat mengusir puluhan mahasiswa asal China dari Harvard dan universitas ternama lainnya. Langkah ini menyulut kemarahan Presiden China, Xi Jinping, yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk diskriminasi dan ancaman terhadap kerja sama pendidikan global.
Otoritas imigrasi AS menuduh para mahasiswa memiliki keterkaitan dengan institusi militer China, meski mereka tidak menunjukkan bukti konkret. Pemerintah China menilai tuduhan itu mengada-ada dan menuduh AS memanfaatkan pendidikan sebagai alat tekanan politik.
Xi Jinping langsung memerintahkan Kementerian Luar Negeri China untuk memanggil duta besar Amerika dan melayangkan protes diplomatik resmi. Ia juga meminta jajarannya mengupayakan perlindungan hukum bagi para mahasiswa yang terdampak.
Dalam pernyataan resminya, Xi menegaskan komitmennya melindungi seluruh warga negara, termasuk pelajar di luar negeri. “Amerika tidak seharusnya menjadikan sektor pendidikan sebagai korban ketegangan politik,” ujar Xi dalam konferensi pers terbatas.
Kritik terhadap kebijakan AS juga datang dari dalam negeri sendiri. Sejumlah akademisi dan organisasi HAM mengecam langkah pengusiran tersebut, karena berpotensi merusak iklim inklusif di lingkungan akademik. Mereka mendorong pemerintah untuk memisahkan urusan keamanan nasional dari dunia pendidikan.
China saat ini menyusun strategi pemulangan mahasiswa, sekaligus menjajaki kerja sama baru dengan negara lain yang lebih terbuka terhadap pertukaran pelajar link medusa88.
Insiden ini mencerminkan betapa mudahnya konflik geopolitik merusak hubungan antarbangsa di sektor pendidikan. Jika kedua negara tidak menurunkan tensi, dunia akademik berisiko menjadi medan perang baru dalam rivalitas global.